Solo-SMA Muhammadiyah PK Kottabarat mengundang dosen dan alumni dalam acara Jagongan Kampus yang berlangsung selama dua hari, selasa (13/7) dan Rabu (14/7). Acara yang digelar secara virtual ini menghadirkan Tauchid Komara Yuda, S. Sos., MDP. yang merupakan dosen di Departemen Pembangunan dan Kesejahteraan, FISIPOL UGM. Selain dosen, dalam jagongan kampus kali ini juga menghadirkan alumni SMA Muh PK, yaitu Asva Veila Mirza Affandi (Mahasiswa Teknik Kima UNS) dan Fikri Maesaroh Az-Zahro (Mahasiswa Sastra Indonesia UNS). Pada Jagongan Kampus seri pertama ini siswa diajak untuk berkenalan pada kultur kampus dan persiapan untuk menjajaki jenjang perkuliahan.
Di hari pertama, Selasa (13/7) Jagongan kampus membahas mengenai kultur kampus dengan menghadirkan alumni. Dua alumni yang dihadirkan memiliki pengalaman yang berbeda terkait kami pertama menjajaki dunia perkuliahan. Pasalnya sebelum pandemi perkuliahan dilaksanakan secara tatap muka di kelas. Adapun di masa pandemi hingga hari ini, aktivitas perkuliahan dilaksanakan secara daring. “Aku sempat merasakan perkuliahan tatap muka karena masuk kuliah tahun 2019 dan baru mulai daring di semester dua, jadi kerasa banget perbedaannya” ujar Asva Veila Mirza Affandi, Alumni generasi I SMA Muhammadiyah PK Kottabarat. “Kalau tatap muka itu kita lebih bisa menangkap materi karena tuntutan untuk masuk kelas dan memerhatikan dosen. Kalau ada tugas pun kita bisa mengerjakannya bareng-bareng setelah kuliah. Tapi kalau daring kita yang penting masuk zoom, udah bisa sambil tiduran, makan, dan sebagainya. Intinya jadi kurang konsentrasi belajarnya,” imbuh mahasiswi Teknik Kima Uiversitas Sebelas Maret tersebut.
Berbeda dengan Asva, Fikri Maesaroh Az-Zahroh alumni generasi kedua tersebut menyampaikan bahwa sedari awal masuk kampus sudah dihadapkan pada situasi yang mengharuskan untuk melaksanakan seluruh aktivitas kampus secara daring. “Mungkin bedanya sih lebih ketika orientasi mahasiswa baru ya. Kalau kak Asva mungkin karena masih orientasi di kampus jadi lebih berkesan, tapi karena aku orientasi waktu maba udah daring jadi kurang greget aja,” ujar mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret tersebut. “Kalau soal perkuliahan sih aku merasa nyaman-nyaman aja soalnya aku tipe orang yang suka belajar sendiri jadi tetap menikmati perkuliahan daring,” imbuhnya.
Ketika ditanya terkait persiapan menuju jenjang perkuliahan, keduanya pun memiliki pengalaman yang berbeda. “Sebenarnya aku dulu ingin ke Fakultas kedokteran, udah tes beberapa kali tetapi memang belum rezekinya. Akhirnya memilih teknik kimia karena sempat diskusi sama ibu dari usulan ibu sepertinya seru di teknik kimia. Yaudah aku ambil deh jurusan itu karena katanya do’a ibu itu mempermudah jalan kita ke depan,” ujar Asva. “Kalau aku dari awal emang ingin ke sastra indonesia ya, karena memang dari SMA udah suka sama karya sastra terutama puisi dan alhamdulillah bisa masuk jurusan sastra indonesia,” ujar Maesaroh menambahkan. “Kalau persiapan khusus seperti les atau sebagainya sih aku sempat ikut, tapi ketika udah kelas duabelas. Tapi menurut aku sih, suport dari sekolah untuk kita bisa masuk perguruan tinggi udah lebih dari cukup. Tinggal kita maksimalkan aja,” imbuh Asva.
Selain alumni, Jagongan Kampus juga menghadirkan Taukhid Komara Yuda, S. Sos., MDP. Dosen dari Fakultas Ilmu Politik, Universitas Gajah Mada di hari kedua. Di hari kedua banyak membahas mengenai kultur perkuliahan di dalam negeri dan di luar negeri. “Belajar di dalam negeri dan di dalam negeri tentunya berbeda. Perbedaannya terdapat pada cara belajarnya. Kalau di dalam negeri kita lebih banyak belajar teori. Tetapi, kalau di luar negeri kita belajar sedikit teori di awal kemudian kita banyak dihadapkan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan teori tadi,” ujar dosen yang menyelesaikan studi masternya di Korea Selatan ini. “Tetapi kalau boleh saran, sebaiknya studi S1 tetap di dalam negeri saja, karena di jenjang S1 adalah waktu teman-teman untuk membuat jejaring dalam negeri, banyak ikut kegiatan organisasi, lomba, dan student exchange. Sehingga teman-teman punya pandangan untuk menerapkan ilmu teman-teman ketika lulus nanti. Baru nanti kalau teman-teman ada semangat untuk studi lanjut bisa ambil di luar negeri,” Imbuhnya.
Siswa-siswi SMA Muhammadiyah PK Kottabarat antusias mengikuti kegiatan ini. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada pembicara terkait persiapan untuk mendaftar kuliah. “Cukup menarik karena menambah wawasan dan banyak sekali ilmu baru yang didapat, apalagi setelah menganalisis perkembangan diluar negeri yang disampaikan Mas Tauchid kemarin. Kalau tujuan kuliah belum ada. Tetapi gambaran bagaimana ketika kuliah nanti insyaa Allah sudah ada,” ujar Abdul Latif siswa kelas XI IPA. (Duwi/Tim Humas SMA Muhammadiyah PK Kottabarat)